Untuk menghindari
kegagalan dan memaksimalkan kegiatan siswa dan guru dalam proses penemuan, maka
pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing harus direncanakan. Pembuatan perencanaan
harus memperhatikan :
(a)
pengetahuan prasyarat yang dimiliki siswa dan mendukung proses penemuan,
(b)
pengetahuan tentang aktivitas yang mungkin dilakukan siswa,
(c)
peran guru dalam kegiatan penemuan,
(d)
sumber atau sarana belajar yang diperlukan, misanya lembar kerja, dan
(e)
hasil akhir yang harus ditemukan siswa.
Suchman (Kartawisastra dkk, 1980:3) menyebutkan
sembilan langkah “Guided Discovery Lesson “ (pembelajaran penemuan terbimbing).
Langkah-langkah yang di maksud adalah sebagai berikut :
1. Adanya
masalah/problem yang akan dipecahkan yang dinyatakan dalam berbagai
“pernyataan” atau “pertanyaan”.
2. Jelas
disebutkan tingkatan/kelas siswa yang akan mengikuti pembelajaran.
3. Konsep
atau prinsip yang harus ditemukan siswa ditulis dengan jelas
4. Perlu
disediakan alat/bahan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan
penemuan.
5. Diskusi
pengarahan dilakukan dalam bentuk tanya jawab antara siswa dan guru sebelum
para siswa melakukan kegiatan penemuan.
6. Kegiatan
pembelajaran penemuan dapat berupa penyelidikan/percobaan untuk menemukan
konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
7. Proses
berfikir kritis perlu dijelaskan untuk menunjukkan adanya “mental operation”
siswa yang diharapkan dalam kegiatan.
8. Pertanyaan-pertanyaan
yang mengarah kepada pengembangan kegiatan penyelidikan siswa perlu diberikan.
Catatan guru meliputi penjelasan tentang
bagian-bagian yang sulit dari pelajaran dan faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilannya, terutama bila kegiatan penyelidikan mengalami
kegagalan atau tidak berjalan seperti yang direncanakan.
Sedangkan menurut
Rachmadi (2004:5-6) agar pelaksanaan model penemuan terbimbing ini berjalan
dengan efektif, beberapa langkah yang mesti ditempuh guru matematika adalah
sebagai berikut :
Merumuskan masalah yang akan diberikan
kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari
pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa
tidak salah.dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses,
mengorganisir, dan menganalisis data terebut. Dalam hal ini, bimbingan guru
dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan
siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, mlelalui
pertanyaan-pertanyaan atau LKS. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil
analisis yang dilakukannya.
Bila dipandang perlu, konjektur yang
telah dibuat oleh siswa tersebut di atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting
dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga akan menuju arah
yang hendak dicapai.
Apabila telah diperoleh kepastian
tentang kebenaran konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya
diserahkan juga pada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula
bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.
Sesudah siswa menemukan apa yang dicari,
hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa
apakah hasil penemuan itu benar atau tidak.
0 Comments