Menurut pandangan psikologi anak adalah
makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemauan dan aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakanoleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan pada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak mengalami sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang dari dirinya sendiri, guru hanya sebagai pembimbing dan
pengarah. Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif,
jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak hanya menyimpan saja tanpa mengadakan
transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan
mampu merencanakan sesuatu. Anak mampu mencari, menemukan dan menggunakan
pengetahuan yang telah diperolehnya. Thordike mengemukakan keaktifan siswa
dalam belajar dengan hukum “law of exercise”-nya yang menyatakan bahwa belajar
memerlukan adanya latihan- latihan. Hubungan stimulus dan respon akan bertambah
erat jika sering di pakai serta akan berkurang bahkan lenyap jika tidak pernah
digunakan. Artinya dalam kehiatan belajar diperlukan adanya latihan-latihan dan
pembiasaan agar apa yang dipelajari dapat diingat lebih lama. Semakin sering
berlatih maka akan semakin paham. Hal ini juga sebagimana yang dikemukakan oleh
Mc. Keachie bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin
tahu”. Dalam proses belajar, siswa harus menampakkan keaktifan. Keaktifan itu
dapat berupa kegiatan fisik yang mudah diamati maupun kegiatan psikis yang
sulit diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Kegiatan psikis misalnya menggunakan
pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan
suatu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan lain sebagainya.
-
Keterlibatan Lansung/ Pengalaman
Belajar haruslah
dilakukan sendiri oleh siswa, belajar adalah mengalami dan tidak bisa
dilimpahkan pada ornag lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman
langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tdak hanya mengamati,
tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung
jawab terhadap hasilnya. Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang
menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam
konteks ini, siswa belajar sambil bekerja, karena dengan bekerja mereka
memperoleh pengetahuan, pemahaman, pengalaman serta dapat mengembangkan
keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Hal ini juga sebagaimana
yang di ungkapkan Jean Jacques Rousseau bahwa anak memilikipotensi-potensi yang
masih terpendam, melalui belajar anak harus d beri kesempatan mengembangkan
atau mengaktualkan potensi-potensi tersebut. Sesungguhnya anak mempunyai
kekuatan sendiri untuk mencari, mencoba menemukan dan mengembangkan dirinya
sendiri. Dengan demikina segala pengetahuan itu hasrus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri. Penyelidikan sendiri, bekerja sendiri,
dengan fasilitas yang diciptakan sendiri. Pembelajaran itu akan lebih bermakna
jika siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan mengetahui dari
informasi yang disampaikna guru sebagai mana yang di kemukakan Nurhadi bahwa
siswa akan belajar dengan baik apabila yang mereka pelajari berhubungan dengan
apa yang telah mereka kethahui, serta proses belajar akan produktif jika siswa
terlibat aktif dalam proses belajar di sekolah. Dari berbagai pandangan para
ahli tersebut menunjukkan berapa pentingnya keterlibatan siswa secara langsung
dalam proses pembelajaran. Pentingnya keterlibatan langsung dalam belajar
dikemkakan oleh John Dewey dengan “learning by doing” nya. Belajar sebaiknya
dialami melalui perbuatan langsung dan harus dilakukan oleh siswa secara aktif.
Prinsip ini didasarkan pada asumsi bahwa siswa dapat memperoleh lebih banyak
pengalaman dengan cara keterlibatan secara aktif dan proporsional, dibandingkan
dengan bila mereka hanya melihat materi/konsep. Modus pengalaman belajar adalah
sebagai berikut : kita belajar 10 % dari apa yang kita baca, 20% dari apa yang
kita dengar, 30% dari apa yang kita lihat, 50% dari apa yang kita lihat dan
dengar, 70 % dari apa yang kita katakan, dan 90 % dari apa yang kita katakan
dan lakukan. Hal ini menunjukkan bahwa jika guru mengajar dengan banyak
ceramah, maka peserta didik akan mengingat hanya 20% karena mereka hanya
mendengarkan. Sebaliknya, jika guru meminta peserta didik untuk melakukan
sesuatu dan melaporkannya , maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Hal ini
ada kaitannya dengan pendapat yang dikemukakan oleh seorang filsof Cina
Confocius, bahwa : “apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya lihat, saya
ingat. Dan apa yang saya lakukan say paham. Dari kata-kata bijak ini kita dapat
mengertahui betapa pentingnya keterlibatan langsung dalam pembelajaran.
0 Comments