Seorang Pemimpin
menimbullkan ketakutan; tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih. Seorang Pemimpin
mengatakan Aku; tetapi seorang pemimpin mengatakan Kita.Seorang pemimpin
menunjuk siapa yang bersalah; tetapi seorang pemimpin menunjuk apa yang salah.
Seorang pemimpin tahu bagaimana sesuatu dikerjakan; tetapi seorang pemimpin
tahu bagaimana mengerjakannya. Seorang pemimpin menuntut rasa hormat; tetapi
seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat. Seorang pemimpin mengatakan
PERGI!!!; tetapi seorang pemimpin berkata MARI KITA PERGI!!! Maka jadilah
anda seorang Pemimpin dan bukan seorang pemimpin.
Sekarang ini, banyak
pemimpin yang mau benarnya sendiri. Tak peduli dengan omongan orang bawahan.
Padahal, seorang pemimpin itu harus lebih banyak mendengar, dan melayani dengan
sepenuh hati orang-orang yang dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan
banyak ngomongnya. Bila kita mampu memberikan contoh yang baik, dan satu kata antara perkataan dan perbuatan, maka
orang yang dipimpin oleh anda akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda.
Tetapi bila anda tak banyak memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan
anda, maka apapun yang anda katakan akan disepelekan. Orang betawi bilang, “Kagak Ngepek”. Artinya,
omongan pemimpin sudah tidak
didengar lagi oleh orang yang dipimpinnya. Kalau sudah begitu,
seorang pemimpin harus instrospeksi
diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah. Keteladanan seorang
pemimpin saat ini mungkin menjadi barang langka di negeri ini. Menjadi pemimpin
di negeri ini bukan untuk melayani, tetapi justru minta dilayani. Kalau ada
urusan duit, maka pemimpin yang seperti itu akan berdiri di depan, dan bila tak
ada duitnya dia akan lesu tak bernafsu.
Keteladanan seorang
pemimpin sebenarnya ada dalam diri kita. Misalnya bila kita beragama Islam,
maka setiap kali mendengar suara adzan dilantunkan dari rumah Allah, maka
segeralah berhenti dari pekerjaan. Lalu lakukan sholat berjamaah.
Dengan sholat berjamaah selain pahalanya berlipat ganda, di situ ada
kedispilinan soal waktu. Kita menjadi tepat waktu dalam menegakkan sholat. Bila
pemimpin yang tak amanah, maka cuek saja bila suara adzan terdengar. Baginya, pekerjaannya
adalah Tuhannya. Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu, dan tidak
membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang. Bila tak tepat
waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang baik. Itu baru soal waktu,
dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang tepat waktu.
Keteladanan adalah kunci
pendidikan sepanjang masa. Siapa yang mampu memberikan contoh yang baik, maka
dia akan menjadi seorang pemimpin yang sejati. Tak perlu banyak omong cukup
keteladanan saja. Menjadi seorang pemimpin selain memberikan contoh dan
tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap untuk mendapatkan masukan dan
saran dari bawahan ke arah perbaikan kinerjanya. Bila ada bawahan yang
mengkritiknya, justru dia bersyukur. Bukan justru mencari-cari kesalahan orang
yang mengkritiknya.
“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik
dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang
yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi
pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan
contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa
orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa
mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).
Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk
selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua yang
telah memiliki anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh.
Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk
karakter anak misalnya tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang
buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk
karakter yang rusak. Anak kita pun tak menjadi anak yang sholeh. Sebagai
seorang pendidik saya berusaha keras untuk memberikan keteladanan di depan
peserta didik. Bila saya tak memberikan contoh yang baik, maka anak-anakpun
akan “mencla-mencle” bila
bertemu dengan saya. Keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting,
apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita
harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus bisa menjadi figur
yang ideal bagi anak-anak. Kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan
dalam mengarungi kehidupan ini.
0 Comments