Masalah belajar siswa di kelas
untuk pelajaran Matematika menjadi sorotan penting karena matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan, dan masih banyak
siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah matematika,
seperti dalam memahami soal, memilih pendekatan atau strategi pemecahan,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi. Kebanyakan guru dalam mengelola
pembelajarannya, begitu saja berpindah dari satuan pembelajaran satu ke satuan
pembelajaran berikutnya, tanpa menghiraukan siswa-siswa yang lamban, kurang
memahami, atau bahkan gagal mencapai kompetensi yang direncanakan. Akibatnya,
banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran secara tuntas, meskipun
sudah dinyatakan lulus dari kompetensi dasar.
Masalah belajar siswa di kelas
untuk pelajaran Matematika menjadi sorotan penting karena matematika merupakan
salah satu mata pelajaran yang menjadi penentu kelulusan, dan masih banyak
siswa yang merasa kesulitan dalam memecahkan masalah-masalah matematika,
seperti dalam memahami soal, memilih pendekatan atau strategi pemecahan,
menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi. Kebanyakan guru dalam mengelola
pembelajarannya, begitu saja berpindah dari satuan pembelajaran satu ke satuan
pembelajaran berikutnya, tanpa menghiraukan siswa-siswa yang lamban, kurang
memahami, atau bahkan gagal mencapai kompetensi yang direncanakan. Akibatnya,
banyak siswa yang tidak menguasai materi pembelajaran secara tuntas, meskipun
sudah dinyatakan lulus dari kompetensi dasar.
Banyak guru yang belum memahami
pembelajaran matematika dalam KBK, sehingga pelaksanaan pembelajaran di kelas
belum memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang
diharapkan. Kegiatan pembelajaran di
kelas perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai tingkat kompetensi
minimal agar dapat mencapai tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan.
STAD merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.
Guru yang pertama kali akan menggunakan model pembelajaran kooperatif hendaknya
menggunakan tipe STAD (Slavin, 1995: 71).
Keistimewaan dalam STAD adalah bekerjasama dalam kelompok belajar. Pelaksanaannya menerapkan strategi kelompok belajar dengan
anggota 4 – 5 siswa dengan
memperhatikan perbedaan individu seperti tingkat kemampuan, jenis
kelamin, kecepatan belajar, sosial budaya atau latar belakang yang
berbeda. Dalam mengembangkan model
pembelajaran KBK, agar dapat mencapai
hasil belajar
yang baik atau mencapai ketuntasan belajar,
guru harus menerima perbedaan
antar individu dan
keterampilannya bekerja sama, serta guru
harus dapat mengelola pembelajaran untuk membangkitkan motivasi belajar
siswa. Dalam hal ini, guru dapat
menggunakan pembelajaran berbasis konstruktivisme yang didukung dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Slavin dalam
Ibrahim,et.al. (2000: 16) menelaah penelitian dan melaporkan bahwa 45
penelitian telah dilaksanakan antara tahun 1972 sampai dengan 1986, menyelidiki
pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar. Studi ini dilakukan
pada semua tingkat kelas meliputi bidang
studi bahasa, geografi, ilmu sosial, sains, matematika, bahas Inggris sebagai
bahasa kedua, membaca, dan menulis. Studi yang ditelaah itu dilaksanakan di
sekolah-sekolah kota, pinggiran, dan pedesaan di Amerika Serikat, Israel,
Nigeria, dan Jerman. Dari 45 laporan tersebut, 37 di
antaranya
menunjukkan bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang
signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tidak satupun
studi menunjukkan bahwa kooperatif memberikan pengaruh negatif.
Usaha memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah secara
lebih profesional harus dimiliki oleh guru. Guru harus mampu merenung, berpikir
atau merefleksi mengenai apa saja kekurangan yang telah dilakukan dalam proses
pembelajaran dalam rangka mengidentifikasi masalah dalam program pembelajaran
yang dikelolanya. Menurut Mulyasa (2004
: 105) terdapat berbagai upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran antara lain : peningkatan
aktivitas dan kreatifitas peserta didik, peningkatan disiplin belajar, dan
peningkatan motivasi belajar. Pendekatan yang sangat membantu meningkatkan
kemampuan berfikir kritis dan kreatif adalah
pendekatan yang merupakan metode untuk mengembangkan motivasi dan minat
peserta didik dalam diskusi kelompok kecil. Peningkatan motivasi dapat menjadi
pendorong peserta didik untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dalam kaitan ini
guru dituntut memiliki kemampuan
membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai hasil belajar yang diharapkan.
0 Comments