Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada suatu
strategi, metode ataupun teknik pengajaran.
Model merupakan suatu konsepsi untuk mengajar materi dalam mencapai
tujuan tertentu. Dalam model mencakup strategi, pendekatan, metode maupun
teknik. Tuti S. & Udin S. ( 1996: 78) menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu,
dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencankan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan
demikian pembelajaran merupakan kegiatan bertujuan yang tertata secara
sistematis.
Model Pembelajaran Kooperatif
Model Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pedagogi John
Dewey (dalam Ibrahim, et.al. 2000:
13) yang mengharuskan guru menciptakan
di dalam lingkungan belajarnya suatu sistem sosial yang dicirikan dengan
prosedur demokrasi dan proses ilmiah. Setelah itu, Herbert Thelan (dalam Ibrahim, et.al. 2000:
13) mengembangkan prosedur untuk membantu siswa bekerja dalam kelompok,
yang menjadi dasar konseptual pengembangan pembelajaran kooperatif masa
sekarang. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif didorong
untuk bekerjasama pada tugas , dan
mereka mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam penerapannya
setiap individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai penghargaan
bersama. Mereka akan berbagi penghargaan bila mereka berhasil sebagai kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat mencapai hasil yang maksimal, bila menerapkan
empat unsur dasar model pembelajaran kooperatif. (Nurhadi ,dkk., 2003:
60). Empat unsur dasar pembelajaran
kooperatif adalah : Saling
ketergantungan positif, Interaksi tatap muka, Akuntabilitas individual, dan
Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi.
Tujuan penting dari pembelajaran
kooperatif, meliputi: Hasil belajar
akademik, Penerimaan terhadap perbedaan
individu, dan Pengembangan Keterampilan Sosial. Dalam pengajaran kooperatif
diperlukan tugas perencanaan dan keputusan yang
dibutuhkan oleh guru, misalnya :
memilih pendekatan yang tepat, memilih materi yang sesuai, pembentukan kelompok
siswa, menyiapkan LKS atau panduan belajar siswa , mengenalkan siswa kepada
tugas dan perannya dalam kelompok, merencanakan waktu dan tempat duduk yang
akan digunakan. Pada model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama,
dimulai dengan langka guru Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, Menyajikan
informasi,Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar,
Membimbing kelompok dalam bekerja dan belajar, Evaluasi, dan Memberikan
penghargaan Pentingnya pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi, dkk (2003 :
62 – 63) diantaranya untuk memudahkan
siswa melakukan penyesuaian sosial, meningkatkan keterampilan hidup bergotong
royong, meningkatkan motivasi belajar
intrinsik, dan meningkatkan sikap positif
terhadap belajar dan pengalaman belajar.
Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
STAD (Student
Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana, yang dikembangkan
oleh
Robert Slavin di Universitas John Hopkin, dan merupakan sebuah pendekatan
yang baik untuk guru yang baru menerapkan model pembelajaran kooperatif di
kelas. Slavin (1995:71) menjelaskan bahwa STAD telah digunakan secara luas
seperti pada pelajaran Matematika, seni bahasa, ilmu-ilmu sosial dan sains.
Slavin membagi Pembelajaran kooperatif
tipe STAD menjadi lima komponen utama yaitu Presentasi kelas (Class
Presentations), belajar kelompok (teams), kuis (quizzes), peningkatan skor
individu (individual improvement scores), dan penghargaan kelompok (team
recognition). STAD terdiri dari siklus kegiatan pembelajaran yang teratur, menurut Slavin (1995 : 76 – 82) sebagai
berikut : Guru meyajikan pelajaran
kepada siswa menggunakan presentasi verbal atau teks. Waktu 1 sampai 2 jam
pelajaran, meliputi pembukaan, pengembangan, dan latihan terbimbing. Siswa
dalam satu kelas tertentu dibentuk menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang
secara heterogen baik kemampuan akademik, ras, suku, budaya,jenis kelamin, dan
latar belakang yang berbeda, mengerjakan lembar kegiatan siswa.. Guru
menekankan kepada siswa bahwa mereka belum selesai belajar, sampai mereka yakin
teman-teman satu kelompoknya sudah menguasai materi diskusi. Mintalah
semua anggota kelompok untuk membantu sebelum bertanya kepada guru. Sementara
siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas, dan sebaiknya guru
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik. Secara individu
setiap satu atau dua presentasi guru, siswa diberi kuis dengan tujuan untuk mengevalusi siswa selama
belajar.. Waktu 1/2 sampai 1 jam pelajaran..
Slavin (1995: 80) menjelaskan bahwa siswa memperoleh skor peningkatan
untuk kelompok berdasarkan pada tingkat dimana nilai kuis mereka (persentase
jawaban benar) melebihi skor dasar mereka.
0 Comments