Ada beberapa sumber yang patut diduga
sebagai penyebab dasar kesulitan siswa. Sumber itu dapat digunakan sebagai dasar menyusun dugaan (konjektur).
Beberapa di antaranya menurut Cooney, Davais dan Henderson (1975) ialah:
1. Faktor Phisiologis
Bredker, seperti dikutip Cooney dkk.
dalam bukunya The Diagnosis and Treatmen
of Learning Difficulties (1975) melaporkan adanya hubungan antara faktor
phisiologis dan kesulitan belajar.
-
Persentase kesulitan belajar siswa yang mempuyai gangguan penglihatan
lebih tinggi daripada yang tidak mengalami gangguan penglihatan.
-
Persentase kesulitan belajar dari siswa memiliki gangguan pendengaran
lebih tinggi dari pada yang tidak mengalaminya.
Abuse,
seperti juga dikutip Cooney dkk. (1995), melaporkan bahwa siswa yang menelan
pil ekstasi tulisannya tidak jelas, kemalasannya naik luar biasa, sekonyong-konyong
menunjukkan perangai yang tidak rasional, depresi, tak sadar, takut, atau
sebaliknya: tertawa-tawa. Tampilannya labil: berubah tiba-tiba, kesehatan
menurun. Hal-hal demikian jelas merupakan sumber kesulitan dalam menerima
pelajaran. Di samping faktor phisiologis, sesunggguhnya faktor neurologis juga
sering menjadi penghambat, misalnya karena sistem koordinasi syaraf yang
terganggu menyebabkan gangguan pula dalam menerima dan mengembangkan bahan ajar
bagi siswa.
Dalam hal ini guru umumnya juga tidak memiliki
kemampuan untuk mengatasi. Karena itu maka penyerahan kepada pihak atau tangan
yang tepat akan dapat membantu memecahkan masalahnya.
2. Faktor Sosial
Tidak semua orang tua peduli terhadap keberhasilan atau ketidakberhasilan
anaknya. Ada yang kepeduliannya
berlebihan dan secara bervariasi sampai ada yang sama sekali tidak peduli. Variasi
kepedulian ini berdampak terhadap motivasi belajar siswa.
Bahkan adakalanya ada orang tua yang mengatakan: “Saya dulu ya tidak pernah
dapat nilai baik dalam ilmu pasti (matematika), tetapi toh saya berhasil
jadi orang”. Pernyataan ini sangat
mungkin menghentikan usaha siswa, memunahkan motivasi siswa dalam belajar
matematika. Akibat lebih lanjut adalah adanya sementara siswa lulusan SLTP yang mengemukakan maksudnya kepada orang
tuanya dengan mengatakan “Kalau begitu saya akan melanjutkan sekolah yang tidak
ada matematikanya saja”.
Faktor sosial di dalam kelas juga dapat
berpengaruh terhadap kelancaran atau kesulitan belajar siswa. Siswa yang tidak
dapat bergaul dengan teman sekelasnya, atau tidak memiliki teman, merasa
terpencil dan merasa sangat terhina oleh sedikit olokan atau ejekan temannya,
bahkan yang tidak langsung sekalipun. Seseorang yang mendapat pengakuan
keberadaannya dalam kelas matematika, misalnya, apat terdorong
semakin maju jika ia menggunakan hal positifnya. Jadi lingkungan belajar
di sekolah pun merupakan salah satu faktor sosial.
Siswa
yang mengalami masalah sosial di rumahnya biasanya dari kalangan
keluarga yang kurang memperhatikan
perkembangan belajar putra-putrinya dan bukan semata-mata karena faktor
ekonomi. Hal ini berarti memang mungkin
dikarenakan faktor kepedulian pendidikan yang rendah dari orang tuanya atau
dapat terjadi karena kesibukan orang tua. Dalam interaksi dengan teman-teman di kelasnya siswa yang mengalami
masalah sosial biasanya bersikap menyendiri, rendah diri atau sebaliknya suka
mengambil perhatian di depan teman-temannya.
Demikian pula siswa yang mengalami masalah sosial berusaha mengambil perhatian
di muka guru dan berusaha mendekati guru karena kurang serasinya hubungan
dengan teman-temannya. Secara umum siswa yang terlalu introvert (tertutup) atau
terlalu extrovert mungkin sebagai reaksi terhadap tekanan sosial dari
teman-temannya atau dari orang tuanya.
3. Faktor Emosional
Siswa yang sering gagal dalam matematika
lebih mudah berpikir tidak rasional, takut, cemas, benci pada matematika. Jika
demikian maka hambatan itu dapat “melekat” pada diri anak/siswa.Masalah siswa
yang termasuk dalam faktor emosional dapat disebabkan antara lain:
a. Obat-obatan tertentu, seperti obat penenang,
ekstasi, dan lain-lain
b. Kurang tidur
c. Diet yang tidak tepat
d. Hubungan yang renggang dengan teman terdekat
e. Masalah tekanan dari situasi keluarganya di
rumah.
0 Comments