Pembelajaran
dengan problem solving mungkin merupakan strategi, model, atau pendekatan yang
baru bagi beberapa rekan guru. Hal ini tentu menimbulkan beberapa kesulitan
dalam impletentasinya. Berikut
ini beberapa saran yang berkaitan dengan hambatan dan kesalahan dalam
memecahkan masalah.
- Kenalilah kebiasaan umum yang menghambat pemecahan masalah atau kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan dalam usaha memecahkan masalah.
- Setelah kita mengetahui sumber-sumber ketidakmampuan memecahkan masalah seperti di atas, maka kita perlu mengindentifikasi kesalahan atau hambatan apa saja yang sering dilakukan oleh siswa kita.
- Beri contoh kepada siswa tentang kesalahan atau hambatan memecahkan masalah. Ini akan sangat baik bila dilakukan berangkat dari jawaban siswa sendiri. Setiap siswa gagal menyelesaikan suatu masalah, upayakan untuk sama-sama mempelajari dimana letak kegagalannya dan bagaimana langkah perbaikan yang perlu dilakukan.
- Arahkan siswa untuk berpikir sebelum bertindak, termasuk memahami masalah sejelas-jelasnya.
Selanjutnya,
untuk menambah wawasan tentang kesalahan dan hambatan yang sering muncul dalam
memecahkan masalah, berikut ini daftar yang disadur dari buku tulisan Arthur
Whimbey dan Jack Lochhead tahun 1999 yang berjudul “Problem solving
and Comprehension”.
1. Ketidakcermatan dalam membaca.
a.
Membaca soal tanpa perhatian yang kuat pada makna/pengertiannya.
b. Mengabaikan
satu atau lebih
kata yang kurang familiar.
c.
Mengabaikan satu atau
lebih fakta atau ide.
d. Tidak membaca kembali bagian yang sulit.
e.
Memulai menyelesaikan soal sebelum membaca lengkap soal tersebut.
2. Ketidakcermatan dalam berpikir.
a.
Mengabaikan akurasi
(mendahulukan kecepatan).
b. Mengabaikan kecermatan penggunaan
beberapa operasi.
c.
Mengartikan kata atau
melakukan operasi secara tidak
konsisten.
d. Tidak memeriksa rumus atau
prosedur saat merasa ada
yang tidak benar.
e.
Bekerja terlalu
cepat.
f.
Mengambil kesimpulan di
pertengahan jalan tanpa pemikiran yang matang.
3. Kelemahan
dalam analisis masalah.
a.
Gagal membedah masalah
kompleks menjadi bagian-bagian atau gagal menggunakan bagian-bagian masalah
untuk memahami masalah secara keseluruhan.
b. Tidak menggunakan
pengetahuan atau konsep utama untuk mencoba memahami ide-ide yang kurang jelas.
c.
Tidak menggunakan kamus
atau sumber lainnya saat diperlukan untuk mamahami masalah.
d.
Tidak secara aktif
mengkonstruksi ide atau gagasan di atas kertas (bila coret-coretan di atas
kertas dapat membantu memahami masalahnya).
4. Kekuranggigihan.
a.
Tidak percaya
diri atau menganggap enteng masalah.
b. Memilih jawaban
berdasarkan intuisi belaka (menggunakan perasaan dalam mencoba menebak
jawaban).
c.
Menyelesaikan masalah
hanya secara teknis belaka
tanpa pemikiran.
d.
Berpikir nalar hanya
pada bagian kecil masalah, menyerah, lalu melompat pada kesimpulan.
Menggunakan pendekatan
“sekali tembak” dalam menyelesaikan masalah, dan bila tidak berhasil lalu
menyerah.
0 Comments